ANALISIS STRUKTURALISME NOVEL: The Girl on the Train 1




Pendahuluan
Strukturalisme adalah suatu cabang ilmu yang bertujuan untuk memahami secara sistematis suatu struktur fundamental yang mendasari seluruh pengalaman, perilaku, dan ciptaan manusia (Tyson, 2006). Pendekatan strukturalisme dapat digunakan dalam upaya memahami berbagai hal. Di antara banyak hal tersebut, karya sastra merupakan salah satu dari berbagai pengalaman dan ciptaan yang ingin dipahami manusia melalui Strukturalisme. Dengan menggunakan Strukturalisme, sistem struktural dari suatu naskah karya sastra dapat dianalisis. Menurut Malik dkk. (2014), analisis karya sastra dengan menggunakan Strukturalisme dapat dilakukan untuk mengungkap struktur, kode, atau aturan-aturan yang membentuk naskah tertentu. Dengan demikian, struktur teks merupakan faktor terpenting yang diamati dalam Strukturalisme, mengesampingkan makna atau sisi tematik dari teks tersebut.

Analisis karya sastra secara struktural dikemukakan oleh Roland Barthes, strukturalis, filosof, dan ahli bahasa dari Perancis. Melalui buku S / Z yang diterbitkannya pada tahun 1970, ia mengemukakan metode yang dapat dilakukan untuk menganalisis karya sastra. Pada metode tersebut, terdapat lima kode yang dapat digunakan sebagai kerangka untuk memahami makna apa yang terkandung dalam teks. Lima kode tersebut meliputi kode hermeneutic, kode proairetic, kode semantic, kode simbolik, dan kode cultural. Analisis struktural pada karya sastra dipandang lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu sendiri.

Salah satu bentuk karya sastra yang banyak dikenal masyarakat adalah novel. Menurut Eagleton (2012), novel adalah sebuah karya sastra berupa prosa fiksi yang berukuran panjang. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Gita (2012) bahwa novel adalah prosa rekaan panjang yang bercerita tentang gambaran kehidupan. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra novel berakar dari kisah cinta (romance). Kebanyakan novel memiliki tema kisah cinta, yang telah disesuaikan dengan peradaban dunia modern. Salah satu dari novel yang bertemakan kehidupan cinta adalah novel berjudul “A Girl on the Train”. Novel tersebut ditulis oleh Paula Hawkins dan diterbitkan pada tahun 2015 oleh penerbit Penguin Group (USA) LLC.


Lebih lanjut, Gita (2012) menyatakan bahwa novel memiliki unsur ekstrinsik dan intrinsik. Unsur intrinsik dijabarkan lebih lanjut terdiri atas peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain. Unsur-unsur intrinsik tersebut turut membangun sebuah karya sastra, yang dalam hal ini adalah novel. Endraswara (2003) menyatakan bahwa analisis karya sastra yang dilakukan dengan menekankan pada unsur intrinsik lebih bersifat objektif. Dengan demikian, pada tulisan ini akan dilakukan analisis struktural novel A Girl on the Train melalui dua cara, yakni: 1) melalui metode yang dikemukakan oleh Barthes, dan 2) melalui analisis unsur-unsur intrinsiknya. 

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan  sebagai berikut.
  1. Bagaimana sinopsis novel A Girl on the Train karya Paula Hawkins?
  2. Bagaimana hasil analisis struktural novel A Girl on the Train karya Paula Hawkins?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang  telah dikemukakan, tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
  1. Untuk dapat memaparkan secara ringkas novel A Girl on the Train karya Paula Hawkins melalui sebuah sinopsis
  2. Untuk dapat menganalisis novel A Girl on the Train karya Paula Hawkins secara menyeluruh.
Sinopsis Novel A Girl on the Train
Novel A Girl on the Train merupakan novel yang ditulis oleh Paula Hawkins dan diterbitkan pada tahun 2015. Novel tersebut terdiri dari 1510 halaman yang meliputi:
Halaman sampul luar dan sampul dalam
Halaman Identitas novel, yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
  1. Judul : A Girl on the Train
  2. Penulis : Paula Hawkins
  3. Penerbit : Penguin Group (USA) LLC; 375 Hudson Street New York 10014.
  4. Data Publikasi Katalog pada Library of Congress : Hawkins, Paula. The girl on the train / Paula Hawkins. p. cm. ISBN 978-0-698-18539-5
Berikut ini merupakan ringkasan atau sinopsis untuk novel A Girl on the Train.

Pada bulan Juli 2013 seorang wanita bernama Rachel Watson sedang berada dalam sebuah kereta dalam perjalanan ke London. Rachel menempuh perjalanan pulang pergi dari Ashbury ke London, dan sebaliknya setiap pagi dan sore untuk bekerja. Setiap kali berada di dalam kereta, ia gemar mengamati segala sesuatu: ekspresi orang-orang, bangunan, dan benda-benda di sepanjang sisi jalur kereta. Melalui perjalanannya setiap hari pula ia memiliki kekaguman pada sepasang suami istri (yang disebutnya sebagai Jason dan Jess) yang tinggal di Blenheim Road Nomor 15. 

Pasangan Jason dan Jess tinggal di daerah yang sama dengan rumah Rachel dulu sebelum ia bercerai dengan mantan suaminya, Tom Watson yang telah berselingkuh dan menikahi wanita lain bernama Anna. Perceraian itu terjadi karena Rachel selalu gagal untuk hamil hingga ia depresi dan memulai kebiasaan buruk minum minuman keras. Kebiasaan mabuk-mabukan tetap berlangsung, justru semakin parah setelah bercerai. Perilaku dan emosi Rachel semakin tidak stabil dan hingga pada akhirnya ia kehilangan pekerjaan. Dengan keadaan keuangan yang memprihatinkan Rachel tinggal menumpang di rumah temannya yang bernama Cathy. Dibandingkan dengan hidupnya, Rachel memandang kehidupan yang dimiliki Jess dan Jason sangat sempurna dan bahagia.

Namun demikian, ternyata kehidupan mereka tidak sesempurna yang dibayangkan. Pada suatu hari dalam salah satu perjalanan kereta, dari jendela kereta Rachel melihat Jess mencium seorang laki-laki selain Jason, Jess telah berselingkuh. Beberapa waktu kemudian, Jess dilaporkan hilang secara misterius dan menjadi penyelidikan polisi. Berdasarkan berita-berita setelah menghilangnya Jess, Rachel mengetahui nama Jess dan Jason yang asli yaitu Megan dan Scott Hipwell. Karena seluruh surat kabar dan juga polisi tidak menyebutkan apapun tentang laki-laki selingkuhan Megan, Rachel memutuskan untuk memberitahu Scott secara pribadi.

Scott dengan bantuan Rachel berhasil menyelidiki bahwa selingkuhan Megan adalah Dr. Kamal Abdic, terapis yang dipercaya pasangan Hipwell dalam mengatasi masalah Megan. Polisi akhirnya melakukan pemeriksaan terhadap Kamal tetapi pada akhirnya Kamal dilepas karena tidak cukup bukti yang mengarahkan bahwa ia terlibat dalam kasus hilangnya Megan. Karena kecewa, Rachel melakukan penyelidikan sendiri terhadap Kamal dengan cara mengikuti sesi terapinya, dengan dalih menyelesaikan masalahnya tentang kecanduan alkohol dan sering lupa ingatan saat mabuk parah. Rachel menyadari bahwa Kamal adalah pribadi yang sangat baik dan profesional, sangat mendukung pasiennya.


Satu hal yang mengganggu pikiran Rachel adalah bahwa pada saat malam hilangnya Megan, Rachel berada di daerah itu – Blenheim Road, tepatnya di daerah dekat perlintasan kereta. Ia sangat khawatir jika pada saat itu dalam keadaan mabuk ia telah secara tidak sadar melakukan hal yang buruk dan berhubungan dengan menghilangnya Megan. Melalui pasang surut ingatannya, Rachel akhirnya mengingat bahwa ia berada di daerah perlintasan bawah tanah di malam itu. Ia ragu-ragu apakan saat itu ia melihat Tom dan istrinya Anna berada di tempat yang sama. Anna sangat membenci Rachel karena selama ini Rachel masih tidak bisa pergi dari kehidupan Tom. Rachel sering menelepon ke rumah mereka tidak peduli itu tengah malam dan membangunkan bayi yang sedang tidur, datang tanpa diundang, menerobos rumah, hingga yang paling parah berusaha membawa kabur bayi perempuan Tom dan Anna.  

Penyelidikan terhadap hilangnya Megan membuat Rachel dan Scott menjadi lebih dekat. Rachel sering berada di rumah Scott untuk berbicara tentang Megan, atau sekedar untuk menenangkan Scott terutama setelah ternyata Megan ditemukan tewas di daerah Hutan Corly. Karena rumah Scott dan keluarga Watson (Tom dan Anna) cukup dekat, Anna sering melihat Rachel berada di sekitar rumahnya dan itu membuatnya sangat marah. Anna menelepon polisi dan melaporkan Rachel. Setelah laporan itu, Scott mengetahui bahwa Rachel berbohong tentang beberapa hal padanya, bahwa ia sebenarnya sama sekali tidak kenal Megan, bahwa ia sebenarnya hanya melihat kehidupan mereka berdua dari balik jendela kereta, bahwa sebenarnya ia adalah orang yang terobsesi pada mantan suaminya, pemabuk yang tidak stabil secara mental dan suka terlibat urusan orang lain. Scott yang sangat marah dan mabuk memukul Rachel, hingga ia berpikir apakah Scott yang sebenarnya telah membunuh Megan. Ada saksi yang mengatakan bahwa di malam sebelum hilangnya Megan, pasangan itu bertengkar hebat.

Teka-teki itu semakin membingungkan Rachel, hingga pada suatu ketika ia bertemu dengan laki-laki berambut merah yang ditemuinya di kereta di malam hilangnya Megan. Atas bantuan laki-laki itu, Rachel mengingat bahwa yang ditemuinya di perlintasan bawah tanah di malam itu, bukan Tom dan Anna; melainkan Tom dan Megan. Ingatan tersebut membawa kecurigaan Rachel terhadap Tom. Di saat yang sama, Anna menemukan sebuah ponsel yang disembunyikan Tom selama ini dan mengetahui bahwa selama ini Tom berselingkuh dengan seseorang. Rachel segera menemui Anna saat Tom tidak ada di rumah untuk menjelaskan bahwa selama ini mereka berdua telah masuk dalam kebohongan-kebohongan Tom, bahwa sebenarnya Tom berselingkuh dan pada akhirnya membunuh Megan dan janin yang dikandungnya – anak hasil perselingkuhan mereka. Anna masih belum bisa percaya sepenuhnya.

Di tengah pembicaraan mereka, Tom ternyata telah kembali ke rumah. Kedua perempuan yang ketakutan itu terpaksa tetap berada di dalam rumah bersama Tom, yang pada akhirnya mengakui sendiri bahwa ia telah berselingkuh dengan Megan. Ia bercerita bahwa Megan yang memiliki trauma akibat kematian bayinya saat masih berusia sangat muda telah menuntut Tom untuk bertanggungjawab atas kehamilannya. Keberanian Megan menuntut Tom muncul saat ia mendapat saran dan dukungan dari terapisnya, Kamal, yang setelah pembicaraan itu mencium Megan sebagai bentuk dukungan seorang teman. Sebuah ciuman yang disalahtafsirkan oleh Rachel. Namun berbeda dengan keinginan Megan, Tom tidak mau hidup bersama Megan dan menyuruhnya menggugurkan saja kandungan itu. Megan yang sangat kecewa memaki Tom, mengancam akan membongkar perselingkuhannya. Untuk membungkamnya, Tom membunuh Megan.


Setelah pengakuan itu terjadi, Rachel berusaha kabur dari rumah itu dan meminta Anna untuk diam-diam menghubungi polisi. Namun, Tom berhasil mencegahnya dengan menyakiti Rachel secara fisik. Pada akhirnya Rachel berhasil mencapai kebun samping rumah, namun tertangkap oleh Tom dan untuk melindungi dirinya, Rachel meraih sebuah obeng dan menusukkannya ke leher Tom. Anna yang saat itu juga marah dan kecewa memperparah tusukan itu hingga menewaskan Tom. Polisi dan paramedis berdatangan kemudian setelah Anna menelepon. Anna membela Rachel bahwa ia melakukannya atas dasar melindungi diri; dan Rachel melindungi Anna dengan mengatakan bahwa Anna berusaha menghentikan pendarahan di leher Tom namun tidak berhasil menyelamatkan nyawanya. Kebohongan-kebohongan Tom selama ini terungkap dan kasus Megan terselesaikan. Setelah insiden itu, hidup Rachel membaik dan untuk pertama kalinya setelah keterpurukan sekian lama, ia mulai berpikir tentang menata kehidupannya kembali.

Admin
Yuda Iswanto
No Telp : 081515147161 (whatsap, sms, call)
E-mail : bikintugasku@gmail.com

Daftar Pustaka
Barthes. 2015. An Introduction to the Structuralist Analysis og Narrative. (Online). https://rosswolfe.files.wordpress.com/2015/04/roland-barthes-an-introduction-to-the-structuralist-analysis-of-narrative.pdf. Diakses tanggal 8 November 2016.
Eagleton. 2012. What is A Novel ?. (Online). http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405117067/Eagleton_sample%20chapter_Then%20english%20novel.pdf. Diakses tanggal 8 November 2016.
Gita, S. 2012. Struktur Naratif dan Penokohan Tokoh Utama pada Novel Garuda Putig Karya Suparto Brata. (Online). http://eprints.uny.ac.id/8242/3/BAB%202-08205241004.pdf. Diakses tanggal 8 November 2016.
Hawkins, P. 2015. A Girl on the Train. New York: Penguin Group.
Malik, W. H., Zaib, S., dan Bughio, F. A. 2014. Theory into Practice: Application of Roland Barthes’ Five Codes on Bina Shah’s ‘The Optimist’. Academic Research International Vol 5 (5): 242-250.
Tyson, L. 2006. Critical Theory Today: A User Friendly Guide. New York: Routledge.