Pilih Publikasi Jurnal Nasional atau Jurnal Internasional?



Publikasi artikel ilmiah merupakan salah satu keharusan bagi mahasiswa dan dosen sebagai perwujudan profesionalisme dalam bidang akademis. Bagi mahasiswa terutama S2 publikasi artikel ilmiah baik dari tesis atau mahasiswa S3 dari disertasi merupakan suatu keharusan. Bagi dosen sendiri publikasi karya tulis ilmiah merupakan kewajiban dan dapat digunakan untuk kenaikan jabatan. Ada beberapa opsi yang bisa digunkan dalam hal ini yaitu publikasi di jurnal nasional terakreditasi dikti dan jurnal internasional terindex.

Kita akan membahas sekilas publikasi jurnal nasional terakreditasi dikti:
Jurnal nasional terakreditasi sangat banyak sekali di Indonesia seperti Al-jamiah: Journal of Islamic Studies yang telah terindex scopus dan jurnal lainya yang masih banyak lagi dari akreditasi A sampai B. Permasalahannya adalah kebutuhan publikasi lebih banyak dibandingkan ketersediaan jurnal di Indonesia. Setiap kampus di fakultas masing-masing pasti memiliki jurnalnya sendiri-sendiri, tetapi nyatanya tidak mampu menampung karena kewajiban publikasi sehingga artikel yang masuk lebih banyak daripada jurnal yang tersedia. Pilihan yang lain adalah mengirimkan artikel ilmiah anda ke jurnal lain atau ke jurnal universitas lain. Apakah semudah itu? Jawabannya jelas tidak.

Logikanya setiap dosen memiliki kewajiban publikasi beserta mahasiswanya. Lebih baik mempublikasikan karya ilmiah dari mahasiswa dan dosen universitas sendiri daripada mahasiswa kampus lain. Selain itu dari luar negeri juga mulai melirik jurnal dari indonesia, karena saat ini banyak jurnal indonesia yang berbahasa internasional yaitu bahasa inggris. Pemilik jurnal akan lebih memprioritaskan artikel ilmiah dari luar negeri karena dapat meningkatkan kredibilitas jurnalnya dan mungkin juga kualitas artikel dari luar negeri bisa dibilang lebih baik. Selain itu di indonesia sendiri banyak sekali plagiat-plagiat yang tidak terkira jumlahnya. Seperti misalnya menggunakan metode dan teori sama hanya merubah tempat penelitian dan apakah penelitian seperti itu berkualitas? dan yang paling unik lagi, artikel seperti itu minta publikasi dengan index Scopus dan Thomshon Reuters yang selalu melekat pada jurnal bereputasi. 

Daripada itu jurnal nasional paling banyak terbit 4 kali dalam setahun atau per 3 bulan sekali,tetapi jurnal yang seperti itu sangat jarang sekali. Umunya 6 bulan sekali atau 4 bulan sekali.  Bayangkan jika anda mengirimkan artikel ke jurnal itu berapa lama artikel anda  akan di respon, dan belum tahu anda ada di antrian ke berapa. Tiap jurnal juga membatasi artikel yang masuk agar konsisten, misal 15 Artikel per volume. Sedangkan yang memasukkan artikel lebih dari itu, bagaimana nasib artikel anda?

Jurnal Internasional Terindex
Banyak sekali jurnal internasional yang bertebaran di google search enggine dari yang bereputasi sampai yang dianggap oleh predator yang kini websitenya telah punah (baca: jurnal predator). Jurnal internasional salah satu opsi jika jurnal nasional terakreditasi dikti sudah tidak bisa menampung artikel yang masuk karena banyaknya kepetingan. Jurnal nasionalpun juga tidak banyak yang bisa anda masukkan karena anggapan jurnal predator yang telah meluas karena salah satu website yang kini telah punah yaitu di scholarlyoa.com yang telah menjadi rujukan para akademisi dunia meski banyak pro dan kontra. Dikti menyaratkan untuk mahasiswa S3 wajib untuk publikasi scopus dan mahasiswa S2 juga tergantung kebijakan dosen atau universitas. Untuk S2 sendiri sepertinya tidak terlalu berat cukup publikasi jurnal nasional terakreditasi dikti atau jurnal internasional terindex. Tetapi ada juga universitas yang mengharuskan publikasi jurnal internasional terindex scopus atau Thomson reuters entah itu karena untuk kepentingan dosennya atau memang ketentuan kampus tetapi untuk mahasiswa S2 yang umumnya penelitiannya sangat jarang ada kebaharuan dan bahkan masih banyak plagiarism menembus scopus dan thomson reuters adalah hal yang hampir mustahil, karena jurnal bereputasi benar2 mereview artikel masuk dengan sangat ketat sehingga hanya artikel yang ada kebaharuan yang bisa masuk. 

Jika jurnal nasional sudah tidak memungkinkan lagi sebagai sasaran sudah saat nya beralih ke jurnal internasional terindex. Karena banyak sekali pilihan yang bisa ditemukan sebagai alternatif agar dapat mempublikasikan artikel ilmiah anda. Mungkin ada istilah jurnal predator dan jurnal bereputasi. Jurnal bereputasi pasti terindex scopus atau thomson reuters seperti (elsevier, taylor francis, emeraldinsight, springger, dll). Pertanyaanya apakah artikel yang tidak ada kebaharuan bisa masuk jurnal bereputasi? tentu saja mereka hanya memilih artikel yang benar2 berkualitas dalam artian ada kebaharuan dan berguna bagi bidang ilmu pengetahuan. Sebenarnya jurnal predator itulah yang menjadi penolong, karena review mereka tidak terlalu ketat bahkan ada yang tanpa review. Entah apa yang menjadikan mereka disebut predator. Jika artikel yang tidak berkualitas dimasukkan ke jurnal bereputasi dimanapun itu pasti hasilnya akan sama yaitu penolakan.

Incoming search terms:
Jasa publikasi jurnal nasional
publikasi jurnal nasional terakreditasi dikti
jurnal internasional terakreditasi dikti
cara publikasi jurnal internasional
jasa publikasi jurnal bereputasi
jasa publikasi jurnal internasional terindex
jasa publikasi jurnal untuk syarat kelulusan S2 
jasa publikasi jurnal untuk wisuda
jasa publikasi jurnal internasional terindex
jasa publikasi jurnal nasional bereputasi
jasa publikasi jurnal internasional Scopus
jasa publikasi jurnal internasional DOAJ
jasa publikasi jurnal internasional Thomson Reuters
jasa publikasi jurnal EBSCO
jasa publikasi jurnal Proquest
jasa publikasi jurnal Crosreff
jasa publikasi tesis
jasa publikasi disertasi

0 Komentar